Nama :
Qonitah Kurnianingsih
NIM :
2227150005
Kelas :
3A PGSD
Tugas :
Artikel (Filsafat Ilmu Pendidikan)
MAN WITH
EVERYTHING TO DO
Imanuel Kant mendefinisikan filsafat
sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan. Menurut Kant ada empat hal yang dikaji dalam filsafat yaitu: apa
yang dapat manusia ketahui? (metafisika); apa yang seharusnya diketahui
manusia? (etika); sampai dimana harapan manusia? (agama); dan apakah manusia
itu? (antropologi). Definisi Filsafat ini mempengaruhi semua pemikiran Imamuel
Kant.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
pertanyaan keempat Immanuel Kant. Pertanyaan keempat adalah arti dari manusia
sendiri. Kant mengatakan bahwa hanya manusialah tujuan pada dirinya dan bukan
semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam
segala tindakan manusia, baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri maupun
kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak sebagai tujuan. Bagi Kant,
manusialah aktor yang mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui apriori formal,
jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan) dan kemudian
membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa
membangun moralitas. Dan melalui perasaan (sentiment) manusia menempatkan
realitas dalam hubungannya dengan tujuan tertentu yang hendak dicapai
(finalitas) serta memahami semuanya secara in
heren sebagai yang memiliki tendensi kepada kesatuan.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau
makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia
dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas,
sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia adalah mahluk
yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara makhluk material dan
makhluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai
dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Beberapa ahli telah mengungkapkan
definisinya masing-masing tentang apa itu manusia. Diantaranya Nicolaus D. dan
A. Sudiarja,
yang berpendapat bahwa manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena
ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani
merupakan satu barang. Sedangkan menurut Abineno J. I., manusia adalah “tubuh
yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam
tubuh yang fana”.
Adapun definisi manusia
menurut Sokrates yaitu manusia adalah mahluk hidup berkaki dua
yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar. Sedangkan Omar Mohammad Al-Toumy
Al-Syaibany berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia, manusia adalah makhluk yang berfikir, dan manusia adalah makhluk
yang memiliki tiga dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. Dan definisi terakhir dikemukakan
oleh Erbe
Sentanu, yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk
sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan
yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Manusia adalah makhluk hidup
ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, pertumbuhan, perkembangan, dan mati, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif. Manusia merupakan makhluk yang
sempurna di antara makhluk lainnya. Manusia memiliki akal yang tidak dimiliki
oleh makhluk hidup lainnya yaitu hewan dan tumbuhan. Akal diberikan untuk
berfikir berdasarkan insting dan naluri. Manusia juga merupakan makhluk sosial,
mereka tidak bisa melakukan suatu hal atau mengerjakan sesuatu secara sendiri.
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Kata individu berasal
dari kata in dan devided. Dalam Bahasa
Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi, individu
artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin, individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Setiap
manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Jika seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter
sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau
sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor
lingkungan
ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan
sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang
individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Selain sebagai makhluk individu, menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat.
Selain itu, manusia diberi akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup
bersama dengan manusia lainnya. Alasan mengapa manusia dikatakan makhluk
sosial adalah karena manusia tunduk pada aturan dan norma sosial; perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain;
manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain
; dan potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia.
Kehidupan
manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki
aturan-aturan norma. Aturan-aturan tersebut
dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih beradab. Menusia akan lebih
menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka menjadi lebih baik. Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek
individu dan sosial. Manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan yang
buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya. Melalui pendidikan mampu diciptakan manusia yang
bersusila karena hanya dengan pendidikan kita dapat memanusiakan manusia. Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat
tersebut sangat tergantung pada tepat tidaknya suatu pendidikan mendidik seorang
manusia menaati norma, nilai dan kaidah masyarakat.
Dalam
kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu
ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah
Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk
beribadah kepada Tuhannya. Manusia
diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan
bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa
dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu
Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia
jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem
kehidupan di muka bumi. Oleh karena fitrah
manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa,
diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan
pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula
manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap manusia dalam hidupnya pasti
memiliki yang namanya harapan. Manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati
dalam hidup. Bahkan seseorang yang akan meninggal pun memiliki harapan,
biasanya berupa pesan-pesan terhadap ahli warisnya. Dengan munculnya harapan
membuktikan bahwa manusia tersebut memiliki arti dalam hidupnya, harapan pun muncul
dari pada saat manusia kecil hingga tua, hal tersebut sudah sangat wajar
terjadi. Harapan setiap manusia berbeda-beda sesuai dengan apa yang ia sedang
butuhkan pada saat itu. Suatu harapan akan lebih terlihat nyata apabila kita
melakukan suatu proses untuk mengejar harapan tersebut, setiap harapan pasti
akan selalu kita dapatkan, semua tergantung dari usaha-usaha kita, seberapa
keras kita berusaha maka harapan pun akan terwujud dengan sendirinya. Harapan
itu biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan,
baik kepercayaan pada diri sendiri maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang
diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu
yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun
diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun
ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu.
Dalam diri manusia masing-masing sudah
terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup
bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia
dapat mempunyai harapan. Selain itu, manusia mempunyai bermacam-macam
kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu
manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena
kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan
berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu
maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan
manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima
macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia, yaitu: harapan
untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival);
harapan untuk memperoleh keamanan (safety);
harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love); harapan untuk
memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status); dan harapan untuk memperoleh
perwujudan dan cita-cita (self-actualization).
Agar
harapannya terwujud, selain berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas
atau tidak boleh bosan berdoa. Hal ini disebabkan karena harapan dan
kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah bagian
dari hidup manusia. Tiap manusia mempunyai harapan dan sudah barang tentu
mempunyai kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu wajarlah jika
harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk mencipta seni.
Banyak hasil seni seperti : seni sastra, seni patung, seni film, seni musik,
seni lukis, filsafat yang lahir dari kandungan harapan dan kepercayaan. Tuhan
adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan diutamakan sepenuhnya.
Berhasil tidaknya suatu harapan itu tergantung dari usaha orang yang mempunyai
harapan. Dalam meraih harapan, beberapa sifat yang alangkah baiknya untuk kita
miliki diantaranya adalah harus dan selalu optimis, tidak suka menunda-nunda
pekerjaan, cintai pekerjaan, senang menghadapi tantangan, mempunyai harapan
yang tinggi, berjiwa produktif, dan tidak tergantung dengan satu harapan.
Karena
manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir, dan
karena situasi dan kondisi alam di mana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh
dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak
kuasa untuk menantang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun,
termenung, memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya
tanah tempat dia berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh di atasnya,
berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala peristiwa berlaku di atas
permukaannya. Dan di dalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan
keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan
senang, hidup dan mati, dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan
manusia. Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan manusia, menyebabkan dia
termenung, merenungkan segala sesuatu. Dia berpikir dan berpikir, sepanjang
masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai mikro-kosmos dan
memikirkan jagat raya sebagai makro-kosmos. Dia memikirkan juga alam ghaib,
alam di balik dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan dia pun mulai
membangun pemikiran filsafat.
Di
dalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran manusia
meningkat tinggi, maka tampilah manusia-manusia unggul merenung dan memikir,
menganalisa, membahas dan mengupas berbagai problema dan permasalahan hidup dan
kehidupan, sosial kemasyarakatan, alam semesta, dan jagat raya. Maka lahirlah
untuk pertama kalinya filsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam
periode kedua, lalu Shopisme, kemudian filsafat klasik, yang bermula kurang
lebih enam abad sebelum masehi.
Plato
telah melahirkan filsafat yang bertolak pangkal kepada idea, dan filsafatnya
disebut Idealisme. Pokok pikiran yang terkandung dalam filsafat ini, ialah :
bahwa apa saja yang ada di dalam alam ini, bukanlah benda yang sebenarnya, yang
berada di balik benda itu, yang disebut idea. Jadi benda yang berada di balik
benda itu, yaitu dunia idea, di situlah terletak hakekat benda itu yang
sebenarnya. Sebaliknya, Aristoteles berlawanan dengan gurunya Plato, mengatakan
bahwa semua benda-benda yang kita saksikan setiap hari dalam pengalaman hidup
kita, adalah benda-benda yang betul-betul ada dan nyata, dan bukan bayangan
atau khayalan belaka. Lalu Aristoteles membagi membagi adanya benda-benda itu
kepada berbagai macam lingkungan, seperti : Fisika, Biologi, Etika, Politik,
Psikologi, dan sebagainya. Oleh karena paham Aristoteles ini berpijak kepada
kenyataan yang berada di dunia nyata, maka dia disebut ; Aliran filsafat
Realisme.
Kedua
aliran filsafat ini kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli filsafat yang datang
kemudian, terutama di Jerman, Inggris, dan Amerika. Dan kemudian muncul pula
aliran-aliran filsafat dengan nama dan versi baru, tapi masih berlandaskan
kepada ajaran Idealisme atau Realisme, seperti, Essensialisme, Existensialisme,
Experimentalisme, dan lain sebagainya. Hampir semua aliran filsafat ini
membicarakan masalah pendidikan dan memikirkan teori-teori untuk melaksanakan
pendidikan menurut pendapat dan paham yang mereka anut dan yakini dapat
membentuk dan membina akal pikiran anak didik yang akan mendatangkan kemajuan
dan kebahagiaan bagi mereka itu di belakang hari. Tetapi sejak kurang lebih dua
puluh lima abad yang lalu, seorang bijaksana unggul yang agung dalam
pemikirannya, yaitu Aristoteles sendiri, telah memperingatkan bahwa : ”Orang
tidak sama sekali setuju tentang hal-hal yang akan di ajarkan, apakah kita
memandang kepada kebaikan atau kehidupan terbaik. Tidak ada kepastian apakah
pendidikan itu lebih bersangkut paut dengan intelektualitas atau dengan
kebajikan moral. Praktek yang berjalan sekarang membingungkan, tidak seorang
pun yang tahu atas landasan prinsip apa kita akan maju – apakah yang berguna
dalam kehidupan, apakah kebajikan, ataukah pengetahuan yang lebih tinggi, yang
akan menjadi tujuan dari pengajaran kita, ketiga pendapat itu kesemuanya
memikat perhatian orang. Lagi pula, tentang cara-caranya, tidak terdapat
kesepakatan, karena bagi orang-orang yang berlain-lainan, memulai dengan ide
yang berbeda-beda sudah tentu tidak akan bersesuaian dalam prakteknya”.
Di
samping itu Aristoteles dan orang-orang yang semasa dengan dia, banyak
berpendapat akan sukarnya untuk setuju dengan semacam pendidikan yang tetap,
untuk anak didik, karena kondisi sosial di masa itu pun berada dalam keadaan
perubahan yang tepat. Keadaan politik sedang dalam situasi perubahan dari aristokratik
ke demokrasi. Ekonomi dan perdagangan maju pesat yang mengangkat derajat Yunani
dengan cepat kepada kedudukan pemimpin di laut Mediterranean sebelah timur.
Keunggulan bangsa Yunani di masa itu telah membawa bangsa itu ke dalam kancah
konflik internasional, yang akhirnya nanti, berkemungkinan besar akan
menyeretnya ke dalam peperangan internasional. Dalam bidang pendidikan, timbul
pertanyaan yang mendasar, apakah sistem pendidikan tradisional yang stereo type atau tiruan ini akan dapat
menyesuaikan diri dengan dunia baru ke arah mana pada masa itu bangsa Yunani
sedang menuju, ataukah zaman baru itu menuntut adanya perubahan di dalam sistem
pendidikan mereka?
Demikian
pula proses kehidupan umat manusia di abad ini, semuanya mengalami
perubahan-perubahan yang drastis. Kebangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah mendorong proses kehidupan umat manusia di atas permukaan planet bumi ini
ratusan tahun lebih maju dari abad-abad sebelumnya. Dua kali perang dunia telah
merubah status permukaan bumi secara drastis. Kemajuan teknologi telah
mendekatkan jarak bumi menjadi dekat sekali, seperti di sebelah rumah saja. Apa
yang terjadi di suatu negara pada detik ini dan saat itu juga telah diketahui
oleh negara-negara lain di dunia ini. Penjajahan ruang angkasa telah
memungkinkan manusia bumi berkelana ke bulan dan ke planet-planet lain dengan
peralatan teknologi modern. Dengan teknologi komputer dan robot, kita seolah-olah
sudah berada di dunia lain, dan banyak permasalahan yang sebelumnya mustahil
rasanya dapat dipecahkan, sekarang sudah bukan masalah lagi. Dunia semakin
sempit dan jarak-jarak sudah tidak ada yang jauh lagi. Di dalam teknologi
persenjataan, kita mengetahui adanya peluru-peluru kendali yang dapat
ditembakan dimana saja dengan tujuan ke mana saja di seluruh penjuru dan pojok
dunia ini. Dan tidak ada suatu tempat pun yang dapat luput dari sasaran,
betapapun jauh dan tersembunyinya sasaran itu. Dengan persenjataan nuklir dan
konsep perang bintang atau kartika yudha apakah dunia mendekati akhirnya? Itulah
pertanyaan besar yang belum ada seorangpun berani menjawabnya.
Jadi untuk
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sudah
jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan filsafat pendidikan harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini. Sistem pendidikan,
teori pendidikan, filsafat pendidikan dan peralatan pendidikan tradisional
sudah jelas tidak akan dapat menjawab tantangan zaman sekarang kita hadapi. Demikian
pula dengan proses kehidupan manusia Indonesia dewasa ini. Setelah usai perang
dunia kedua, kita dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mempertahankan
kemerdekaan yang telah kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan
kita pun akhirnya merdeka penuh, seratus persen. Dari bangsa jajahan kita
menjadi bangsa merdeka. Tanggung jawab kita menjadi bertambah berat, sebab segala
urusan besar dan kecil sudah berada di tangan bangsa kita sendiri. Sakit
senang, suka duka, berat ringan tanggung jawab sudah terpikul di atas pundak
kita sendiri. Termasuk tanggung jawab kita yang berat adalah bidang pendidikan.
Banyak sekolah-sekolah dari segala jenis pendidikan harus kita adakan dari yang
rendah hingga pendidikan Universitas. Semuanya harus disesuaikan dengan suasana
baru, suasana bangsa yang merdeka, tetapi dalam bidang pendidikan jauh
tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Kurikulum harus diubah, cara berpikir harus
diubah, sistem, teori, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi
dan kondisi baru, abad komputer dan teknologi maju. Meskipun dengan beban berat
di atas pundak, kita harus maju terus menuju cita-cita dan mewujudkannya
menjadi kenyataan di bumi Pertiwi kita Indonesia tercinta ini.
login Laku4D merupakan situs penyedia Slot online dengan RTP terbaik dan bandar judi togel online terbaik di indonesia. LOGIN LAKU4D sering di katakan sebagai situst slot online terbaik di indonesia karna pendukung dari berbagai jenis provider slot andalan para pemain slot online di indonesia.
BalasHapuslogin Laku4D merupakan situs penyedia Slot online dengan RTP terbaik dan bandar judi togel online terbaik di indonesia. LOGIN LAKU4D sering di katakan sebagai situst slot online terbaik di indonesia karna pendukung dari berbagai jenis provider slot andalan para pemain slot online di indonesia.