Selasa, 10 Januari 2017

Tugas Artikel Filsafat - Man With Everything To Do

Nama               : Qonitah Kurnianingsih
NIM                : 2227150005
Kelas               : 3A PGSD
Tugas               : Artikel (Filsafat Ilmu Pendidikan)

MAN WITH EVERYTHING TO DO
Imanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan. Menurut Kant ada empat hal yang dikaji dalam filsafat yaitu: apa yang dapat manusia ketahui? (metafisika); apa yang seharusnya diketahui manusia? (etika); sampai dimana harapan manusia? (agama); dan apakah manusia itu? (antropologi). Definisi Filsafat ini mempengaruhi semua pemikiran Imamuel Kant.
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai pertanyaan keempat Immanuel Kant. Pertanyaan keempat adalah arti dari manusia sendiri. Kant mengatakan bahwa hanya manusialah tujuan pada dirinya dan bukan semata-mata alat atau sarana yang boleh diperlakukan sewenang-wenang. Di dalam segala tindakan manusia, baik yang ditujukan kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, manusia harus dipandang serentak sebagai tujuan. Bagi Kant, manusialah aktor yang mengkonstruksi dunianya sendiri. Melalui apriori formal, jiwa manusia mengatur data kasar pengalaman (pengindraan) dan kemudian membangun ilmu-ilmu matematika dan fisika. Melalui kehendak yang otonomlah jiwa membangun moralitas. Dan melalui perasaan (sentiment) manusia menempatkan realitas dalam hubungannya dengan tujuan tertentu yang hendak dicapai (finalitas) serta memahami semuanya secara in heren sebagai yang memiliki tendensi kepada kesatuan.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks. Kita merupakan paduan antara makhluk material dan makhluk spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivisasikan dirinya.
Beberapa ahli telah mengungkapkan definisinya masing-masing tentang apa itu manusia. Diantaranya Nicolaus D. dan A. Sudiarja, yang berpendapat bahwa manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang. Sedangkan menurut Abineno J. I., manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”.
Adapun definisi manusia menurut Sokrates yaitu manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar. Sedangkan Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk yang berfikir, dan manusia adalah makhluk yang memiliki tiga dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. Dan definisi terakhir dikemukakan oleh Erbe Sentanu, yang berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, pertumbuhan, perkembangan, dan mati, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif. Manusia merupakan makhluk yang sempurna di antara makhluk lainnya. Manusia memiliki akal yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya yaitu hewan dan tumbuhan. Akal diberikan  untuk berfikir berdasarkan insting dan naluri. Manusia juga merupakan makhluk sosial, mereka tidak bisa melakukan suatu hal atau mengerjakan sesuatu secara sendiri.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Kata individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi, individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin, individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Jika seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Selain sebagai makhluk individu, menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. Selain itu, manusia diberi akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Alasan mengapa manusia dikatakan makhluk sosial adalah karena manusia tunduk pada aturan dan norma sosial; perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain; manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain ; dan potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki aturan-aturan norma. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih beradab. Menusia akan lebih menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka menjadi lebih baik. Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan sosial. Manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan yang buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya. Melalui pendidikan mampu diciptakan manusia yang bersusila karena hanya dengan pendidikan kita dapat memanusiakan manusia. Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada tepat tidaknya suatu pendidikan mendidik seorang manusia menaati norma, nilai dan kaidah masyarakat.
Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan. Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain. Melalui kesempurnaannya itu manusia bisa berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan baik. Di sisi lain, manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi. Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setiap manusia dalam hidupnya pasti memiliki yang namanya harapan. Manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Bahkan seseorang yang akan meninggal pun memiliki harapan, biasanya berupa pesan-pesan terhadap ahli warisnya. Dengan munculnya harapan membuktikan bahwa manusia tersebut memiliki arti dalam hidupnya, harapan pun muncul dari pada saat manusia kecil hingga tua, hal tersebut sudah sangat wajar terjadi. Harapan setiap manusia berbeda-beda sesuai dengan apa yang ia sedang butuhkan pada saat itu. Suatu harapan akan lebih terlihat nyata apabila kita melakukan suatu proses untuk mengejar harapan tersebut, setiap harapan pasti akan selalu kita dapatkan, semua tergantung dari usaha-usaha kita, seberapa keras kita berusaha maka harapan pun akan terwujud dengan sendirinya. Harapan itu biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia dapat mempunyai harapan. Selain itu, manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 
Sehubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia, yaitu: harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival); harapan untuk memperoleh keamanan (safety); harapan untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving and love); harapan untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status); dan harapan untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization). 
Agar harapannya terwujud, selain berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas atau tidak boleh bosan berdoa. Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah bagian dari hidup manusia. Tiap manusia mempunyai harapan dan sudah barang tentu mempunyai kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu wajarlah jika harapan itu banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk mencipta seni. Banyak hasil seni seperti : seni sastra, seni patung, seni film, seni musik, seni lukis, filsafat yang lahir dari kandungan harapan dan kepercayaan. Tuhan adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan diutamakan sepenuhnya. Berhasil tidaknya suatu harapan itu tergantung dari usaha orang yang mempunyai harapan. Dalam meraih harapan, beberapa sifat yang alangkah baiknya untuk kita miliki diantaranya adalah harus dan selalu optimis, tidak suka menunda-nunda pekerjaan, cintai pekerjaan, senang menghadapi tantangan, mempunyai harapan yang tinggi, berjiwa produktif, dan tidak tergantung dengan satu harapan.
Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak dan berpikir, dan karena situasi dan kondisi alam di mana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menantang dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung, memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, dilihatnya bahwa segala sesuatu tumbuh di atasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah. Segala peristiwa berlaku di atas permukaannya. Dan di dalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, suka dan duka, malang dan senang, hidup dan mati, dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan manusia. Hal-hal seperti itulah yang menakjubkan manusia, menyebabkan dia termenung, merenungkan segala sesuatu. Dia berpikir dan berpikir, sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai mikro-kosmos dan memikirkan jagat raya sebagai makro-kosmos. Dia memikirkan juga alam ghaib, alam di balik dunia yang nyata ini, alam metafisika. Dan dia pun mulai membangun pemikiran filsafat.
Di dalam sejarah umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran manusia meningkat tinggi, maka tampilah manusia-manusia unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan mengupas berbagai problema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial kemasyarakatan, alam semesta, dan jagat raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinya filsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua, lalu Shopisme, kemudian filsafat klasik, yang bermula kurang lebih enam abad sebelum masehi.
Plato telah melahirkan filsafat yang bertolak pangkal kepada idea, dan filsafatnya disebut Idealisme. Pokok pikiran yang terkandung dalam filsafat ini, ialah : bahwa apa saja yang ada di dalam alam ini, bukanlah benda yang sebenarnya, yang berada di balik benda itu, yang disebut idea. Jadi benda yang berada di balik benda itu, yaitu dunia idea, di situlah terletak hakekat benda itu yang sebenarnya. Sebaliknya, Aristoteles berlawanan dengan gurunya Plato, mengatakan bahwa semua benda-benda yang kita saksikan setiap hari dalam pengalaman hidup kita, adalah benda-benda yang betul-betul ada dan nyata, dan bukan bayangan atau khayalan belaka. Lalu Aristoteles membagi membagi adanya benda-benda itu kepada berbagai macam lingkungan, seperti : Fisika, Biologi, Etika, Politik, Psikologi, dan sebagainya. Oleh karena paham Aristoteles ini berpijak kepada kenyataan yang berada di dunia nyata, maka dia disebut ; Aliran filsafat Realisme.
Kedua aliran filsafat ini kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli filsafat yang datang kemudian, terutama di Jerman, Inggris, dan Amerika. Dan kemudian muncul pula aliran-aliran filsafat dengan nama dan versi baru, tapi masih berlandaskan kepada ajaran Idealisme atau Realisme, seperti, Essensialisme, Existensialisme, Experimentalisme, dan lain sebagainya. Hampir semua aliran filsafat ini membicarakan masalah pendidikan dan memikirkan teori-teori untuk melaksanakan pendidikan menurut pendapat dan paham yang mereka anut dan yakini dapat membentuk dan membina akal pikiran anak didik yang akan mendatangkan kemajuan dan kebahagiaan bagi mereka itu di belakang hari. Tetapi sejak kurang lebih dua puluh lima abad yang lalu, seorang bijaksana unggul yang agung dalam pemikirannya, yaitu Aristoteles sendiri, telah memperingatkan bahwa : ”Orang tidak sama sekali setuju tentang hal-hal yang akan di ajarkan, apakah kita memandang kepada kebaikan atau kehidupan terbaik. Tidak ada kepastian apakah pendidikan itu lebih bersangkut paut dengan intelektualitas atau dengan kebajikan moral. Praktek yang berjalan sekarang membingungkan, tidak seorang pun yang tahu atas landasan prinsip apa kita akan maju – apakah yang berguna dalam kehidupan, apakah kebajikan, ataukah pengetahuan yang lebih tinggi, yang akan menjadi tujuan dari pengajaran kita, ketiga pendapat itu kesemuanya memikat perhatian orang. Lagi pula, tentang cara-caranya, tidak terdapat kesepakatan, karena bagi orang-orang yang berlain-lainan, memulai dengan ide yang berbeda-beda sudah tentu tidak akan bersesuaian dalam prakteknya”.
Di samping itu Aristoteles dan orang-orang yang semasa dengan dia, banyak berpendapat akan sukarnya untuk setuju dengan semacam pendidikan yang tetap, untuk anak didik, karena kondisi sosial di masa itu pun berada dalam keadaan perubahan yang tepat. Keadaan politik sedang dalam situasi perubahan dari aristokratik ke demokrasi. Ekonomi dan perdagangan maju pesat yang mengangkat derajat Yunani dengan cepat kepada kedudukan pemimpin di laut Mediterranean sebelah timur. Keunggulan bangsa Yunani di masa itu telah membawa bangsa itu ke dalam kancah konflik internasional, yang akhirnya nanti, berkemungkinan besar akan menyeretnya ke dalam peperangan internasional. Dalam bidang pendidikan, timbul pertanyaan yang mendasar, apakah sistem pendidikan tradisional yang stereo type atau tiruan ini akan dapat menyesuaikan diri dengan dunia baru ke arah mana pada masa itu bangsa Yunani sedang menuju, ataukah zaman baru itu menuntut adanya perubahan di dalam sistem pendidikan mereka?
Demikian pula proses kehidupan umat manusia di abad ini, semuanya mengalami perubahan-perubahan yang drastis. Kebangunan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong proses kehidupan umat manusia di atas permukaan planet bumi ini ratusan tahun lebih maju dari abad-abad sebelumnya. Dua kali perang dunia telah merubah status permukaan bumi secara drastis. Kemajuan teknologi telah mendekatkan jarak bumi menjadi dekat sekali, seperti di sebelah rumah saja. Apa yang terjadi di suatu negara pada detik ini dan saat itu juga telah diketahui oleh negara-negara lain di dunia ini. Penjajahan ruang angkasa telah memungkinkan manusia bumi berkelana ke bulan dan ke planet-planet lain dengan peralatan teknologi modern. Dengan teknologi komputer dan robot, kita seolah-olah sudah berada di dunia lain, dan banyak permasalahan yang sebelumnya mustahil rasanya dapat dipecahkan, sekarang sudah bukan masalah lagi. Dunia semakin sempit dan jarak-jarak sudah tidak ada yang jauh lagi. Di dalam teknologi persenjataan, kita mengetahui adanya peluru-peluru kendali yang dapat ditembakan dimana saja dengan tujuan ke mana saja di seluruh penjuru dan pojok dunia ini. Dan tidak ada suatu tempat pun yang dapat luput dari sasaran, betapapun jauh dan tersembunyinya sasaran itu. Dengan persenjataan nuklir dan konsep perang bintang atau kartika yudha apakah dunia mendekati akhirnya? Itulah pertanyaan besar yang belum ada seorangpun berani menjawabnya.
Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini. Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat pendidikan dan peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab tantangan zaman sekarang kita hadapi. Demikian pula dengan proses kehidupan manusia Indonesia dewasa ini. Setelah usai perang dunia kedua, kita dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dan kita pun akhirnya merdeka penuh, seratus persen. Dari bangsa jajahan kita menjadi bangsa merdeka. Tanggung jawab kita menjadi bertambah berat, sebab segala urusan besar dan kecil sudah berada di tangan bangsa kita sendiri. Sakit senang, suka duka, berat ringan tanggung jawab sudah terpikul di atas pundak kita sendiri. Termasuk tanggung jawab kita yang berat adalah bidang pendidikan. Banyak sekolah-sekolah dari segala jenis pendidikan harus kita adakan dari yang rendah hingga pendidikan Universitas. Semuanya harus disesuaikan dengan suasana baru, suasana bangsa yang merdeka, tetapi dalam bidang pendidikan jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Kurikulum harus diubah, cara berpikir harus diubah, sistem, teori, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi baru, abad komputer dan teknologi maju. Meskipun dengan beban berat di atas pundak, kita harus maju terus menuju cita-cita dan mewujudkannya menjadi kenyataan di bumi Pertiwi kita Indonesia tercinta ini.

Sabtu, 31 Desember 2016

[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

NAMA       : QONITAH KURNIANINGSIH
NIM            : 2227150005
KELAS       : 3 A
JURUSAN : PGSD

  1. SERTIFIKAT SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU "Struktur Fundamental Pedagogik Kritis Paulo Freire" 
  2. Minat Belajar Siswa 
  3. Macam-macam Asam dan Garam Beserta Rumus Kimianya 
  4. Perkembangan Biologi 
  5. Perbedaan Arteri, Vena dan Kapiler 
  6. Macam-macam Virus dan Manfaat Penciptaan Virus 
  7. Cabang-cabang Ilmu Biologi 
  8. Sandi Pramuka - Sandi Semaphore 
  9. Sandi Kotak 1 dan 2 Pramuka 
  10. Pionering Pramuka 
  11. Dasa Dharma Pramuka 
  12. Aba-aba dalam Baris Berbaris Pramuka 
  13. Visi dan Misi Pendidikan Nasional 
  14. Model Pembelajaran Kooperatif 
  15. Pembakaran Memerlukan Oksigen dan Sifat-sifat Udara 
  16. Sebab Runtuhnya Pemerintahan Orde Lama dan Lahirnya Orde Baru 
  17. Penggolongan Hewan Berdasarkan Makanannya 
  18. Pemuaian Zat 
  19. Komponen Penyusun Ekosistem 
  20. Alat Musik Nusantara 
  21. Pembagian Hadist 
  22. Kelangkaan Flora dan Fauna di Indonesia 
  23. Sejarah Singkat Kepramukaan di Indonesia 
  24. Gugus Depan (Gudep) 
  25. Biografi Kapitan Pattimura 
  26. Biografi Boden Powell 
  27. Penemu Kamera Polaroid 
  28. Penemu Kacamata 
  29. Tipe Peserta Didik Dalam Belajar 
  30. Sepuluh Kesalahan yang Tidak Disadari dalam Mendidik Anak 
  31. Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik 
  32. Perbedaan Etika dengan Etiket
  33. Makna Kode Etik Profesi Guru Indonesia 
  34. Lima Pilar Dasar Pembelajaran Anak yang Perlu Anda Ketahui 
  35. Kompetensi Pedagogik 
  36. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Guru Profesional 
  37. Ciri-ciri dan Masalah Perkembangan Anak Usia SD 
  38. Cara Mendidik Anak yang Baik, Cerdas, Religius, dan Patuh
  39. Advertisement : Pocari Sweat 
  40. Kurikulum 2013 
  41. 5 Kingdom 
  42. Filsafat Pendidikan 
  43. Olahraga Rekreasi
  44. Artikel Tentang Lingkungan Sekolah 
  45. Seismonasti dan Niktinasti 
  46. Resensi Novel : Sakinah Bersamamu 
  47. Resensi Novel : Surga Untuk Anakku 
  48. Punahnya Bahasa Daerah 
  49. Perbedaan Teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi 
  50. Psikologi Perkembangan 
  51. Penyesuaian Diri Peserta Didik
  52. Pengembangan Konsep Diri Peserta Didik 
  53. Metodologi dan Pendekatan Pemahaman Dalam Psikologi Perkembangan dan Kebutuhan Peserta Didik 
  54. Artikel Tentang Manfaat Tumbuhan 
  55. Landasan dan Objek Pendidikan 
  56. Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik
  57. Karakteristik Perkembangan dan Teori Perkembangan Peserta Didik 
  58. Geotropisme Negatif 
  59. Ciri-ciri Makhluk Hidup 
  60. Baterai Jeruk dan Belimbing Wuluh 
  61. Artikel Budaya dan Kurikulum 
  62. Stoikiometri
  63.  Tunarungu 
  64. Tunagrahita
  65. Tunaganda 
  66. Tunadaksa 
  67. Naskah Ulang Janji Peringatan Hari Pramuka 
  68. Tasawuf dan Karakter Bangsa 
  69. Susunan Upacara Peringatan Hari Sumpah Pemuda 
  70. Susunan Upacara Pembukaan dan Penutupan LDKS 
  71. Pribadi Kondusif 
  72. Politik Luar Negeri 
  73. Penyakit Gondong 
  74. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 
  75. Pendidikan Inklusif Umum 
  76. Metode Diskusi 
  77. Menejemen Keuangan Publik 
  78. Narative Text : The Legend of Tangkuban Perahu Mountain 
  79. Macam-macam Metode Pembelajaran IPA di SD 
  80. Life Long Education 
  81. Majas 
  82. Legenda Gunung Tangkuban Perahu 
  83. Legenda Surabaya 
  84. Legenda Danau Toba 
  85. Legenda Candi Prambanan 
  86. Legenda Banyuwangi 
  87. Legenda Batu Menangis 
  88. Kebijakan Publik 
  89. Internet dan Dampaknya Bagi Siswa 
  90. Insan Disiplin 
  91. Hakikat Matematika 
  92. Hakikat Bahasa 
  93. Globalisasi 
  94. Get Into Action 
  95. Games : Burung dan Sangkar 
  96. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman 
  97. Discussion Text - Pros and Cons : Disciplined Time 
  98. Daur Ulang Sampah 
  99. Cerpen - OH AYU !!! 
  100. Broken Home 
  101. Bimbingan dan Konseling 
  102. Adaptasi Fisiologi dan Tingkah Laku Makhluk Hidup

SERTIFIKAT SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU "Struktur Fundamental Pedagogik Kritis Paulo Freire"

 Kegiatan Seminar Nasional dan Bedah Buku dengan tema "Struktur Fundamental Pedagogik Kritis Paulo Freire" yang diselenggarakan pada tanggal 29 Oktober 2016 di Auditorium Gd. B Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang - Banten.








Minat Belajar Siswa



MINAT BELAJAR SISWA

A.      KONSEP MINAT BELAJAR
Menurut Sukardi (1988:61), minat dapat diartikan sebagai suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut Sardiman (2007:77), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja yang dilihat seseorang barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.
Menurut Bernard dalam Sardiman (2007:76) manyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pangalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Jadi, jelas bahwa minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minta belajar siswa erat hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktinya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya dalam belajar. Dimana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengekpresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, system, dan dorongan keluarga.
Dari gambaran beberapa definisi minat di atas, kiranya dapat ditegaskan disini bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.
Di lain pihak, jika kepuasan itu berkurang, maka minat seseorang pun akan berkurang. Minat yang dibicarakan di sini berbeda dengan minat yang sifatnya sesaat yang biasa dikenal dengan keinginan sesaat. Perbedaannya adalah minat sesungguhnya lebih menetap atau bertahan lama dalam diri seseorang. Meskipun keinginan sesaat ini pada awalnya dapat menjadi motivasi seperti halnya minat, tetapi lama-kelamaan akan berkurang karena aktivitas yang membangkitkannya hanya bersifat sementara atau sesaat. Lebih dari itu, minat dapat berperan secara efektif untuk menunjang pengambilan keputusan seseorang atau institusi. Secara konseptual, minat dapat dikatakan memegang peranan penting dalam menentukan arah, pola dan dimensi berpikir seseorang dalam segala aktivitasnya, termasuk dalam belajar.
Menurut Bloom (1982:77), minat adalah apa yang disebutnya sebagai subject-related affect, yang di dalamnya termasuk minat dan sikap terhadap materi pelajaran. Namun ternyata sulit menemukan pembatas yang jelas antara minat dan sikap terhadap materi pembelajaran. Yang tamapak adalah sebuah kontinum yang terentang dari pandangan-pandangan negative atau afek (affect) negative terhadap pelajaran. Ini dapat diukur dengan menanyakan pada seseorang apakah ia mempelajari itu, apa yang disukai atau tidak disukainya mengenai pelajaran dan berbagai pendekatan dengan menggunakan kuesioner yang berupaya meningkatkan berbagai pendapat, pandangan, dan prefensi yang mungkin menunjukkan suatu afek positif atau negative terhadap pelajaran.
Seseorang cenderung menyukai suatu kegiatan yang diyakininya telah dilakukan atau dapat dilakukannya dengan berhasil. Persepsi tentang keberhasilan ini ditentukan oleh latar belakang dari hasil yang diperoleh melalui tugas-tugas dan dari orang yang ada kaitannya dengan tugas-tugas tersebut atau yang serupa, seperti guru atau orangtua. Jika seseorang individu percaya bahwa ia telah melakukan sejumlah tugas yang berkaitan sebelumnya dengan berhasil, ia akan cenderung menghadapi tugas-tugas pelajaran selanjutnya dengan afek yang positif dan sebaliknya.
Bloom juga menunjukkan bahwa prestasi dan subject-related affect saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Prestasi yang tinggi meningkatkan afek positif, dimana afek yang positif ini membuat prestasi menjadi lebih tinggi dan prestasi yang lebih tinggi inijuga membuat afek semakin positif. Demikian sebaliknya, prestasi rendah menurunkan afek positif, yang menekan prestasi selanjutnya dan ini lebih lanjut menurunkan lagi afek positif.
Perasaan subjektif siswa tentang mata pelajaran atau seperangkat tugas dalam pelajaran banyak dipengaruhi oleh persepsinya tentang mampu tidaknya ia dalam merampungkan tugas-tugas itu. Pada gilirannya, persepsinya adalah berdasarkan pada riwayat sebelumnya pada tugas semacam itu dan terutama penilaian sebelumnya mengenai hasil belajar dari dalam tugas-tugas ini.

B.       MACAM-MACAM DAN CIRI-CIRI MINAT
Menurut Rosyidah (1988: 1), timbulnya minat pada diri seseorang pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: minat yang berasal dari pembawaan dan minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar. Pertama, minat yang berasal dari pembawaan, timbul dengan sendirinya dari setiap individu, hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau bakat alamiah.
Kedua, minat yang timbul karena adanya pengaruh dari luar diri individu, timbul seiring dengan proses perkembangan individu bersangkutan. Minat ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, dorongan orang tua, dan kebiasaan atau adat.
Gagne juga menyebutkan sebab timbulnya minat pada diri seseorang kepada dua macam, yaitu minat spontan dan minat terpola. Minat spontan, yaitu minat yang timbul secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar. Adapaun minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan-kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, baik di lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
Adapun mengenai jenis atau macam-macam minat, Kuder dalam Purwaningrum (1996: 14) mengelompokkan jenis-jenis minat menjadi sepuluh macam yaitu:
1.      Minat terhadap alam sekitar, yaitu minat terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang, dan tumbuhan.
2.      Minat mekanis, yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian dengan mesin-mesin atau alat mekanik.
3.      Minat hitung menghitung, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan perhitungan.
4.      Minat terhadap ilmu pengetahuan, yaitu minat untuk menemukan fakta-fakta baru dan pemecahan problem.
5.      Minat persuasive, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan memengaruhi orang lain.
6.      Minat seni, yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian, kerajinan, dan kreasi tangan.
7.      Minat leterer, yaitu minat yang berhubungan dengan masalah-masalah membaca dan menulis berbagai karangan.
8.      Minat music, yaitu minat terhadap masalah-masalah music.
9.      Minat layanan social, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan untuk membantu orang lain.
10.  Minat klerikal, yaitu minat yang berhubungan dengan pekerjaan administrative.

Selanjutnya, dalam hubungannya dengan ciri-ciri minat, Elizabeth Hurlock (1990: 155) menyebut ada tujuh ciri minat, yaitu sebagai berikut:
1.         Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
2.         Minat tergantung pada kegiatan belajar.
3.         Minat tergantung pada kesempatan belajar.
4.         Perkembangan minat mungkin terbatas.
5.         Minat dipengaruhi budaya.
6.         Minat berbobot emosional.
7.         Minat berbobot egosentris.