Kamis, 29 Desember 2016

Resensi Novel : Surga Untuk Anakku



RESENSI NOVEL

Judul Buku                : Surga Untuk Anakku
Tema                          : Impian Keluarga Sederhana Untuk Mencari Jalan Menuju Surga
Pengarang                  : Arini Hidajati
Penerbit                      : Diva Press
Cetakan                      : Pertama Mei 2011
Tebal                          : 416 Halaman
Penokohan                 : Ibrahim, Bunda, Ayah, Ainun, Mbah Putri, Almarhum Kakek, Kakek misterius , Umi Laili.
Ikhtisari                      :
            Ibrahim tidak jadi di masukkan ke Pondok Tahfizh ( hafal Qur’an) di Kudus. Karena, Bundanya tidak rela melepaskan Ibrahim dan Ayahnya menjadi kebingungan. Kecepatan motorik Ibrahim agak terlambat ,karena Ibrahim telah kecanduan menonton Televisi dan bermain games.
            Setelah pembagian raport, Ibrahim berlibur ke rumah neneknya yang ada di Jepara dan Ibrahim tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencari jalan menuju surga agar dapat mempersembahkan jubah surga kepada kedua orang tuanya. Di rumah Mbah Putri, Ibrahim sering mendengar cerita tentang Almarhum kakeknya yang di ceritakan oleh Mbah Putri pada malam hari sebelum tidur. Ibrahim pun pernah bermimpi bertemu dengan Almarhum kakeknya yang memberitahu kepada Ibrahim, bahwa jalan menuju surga bukan hanya dengan menghafalkan Al-Qur’an saja,tapi bisa dengan amal yang lainnya.
            Ibrahim menghabiskan waktu liburannya bersama teman-teman yang ada di desa, seperti bermain, mandi di laut, dan mengaji di tempat Om Dullah. Sampai akhirnya, Ibrahim bertemu dengan putri seorang kiai, Umi Laili, yang sering menceritakan kepada Ibrahim tentang keadaan di Pondoknya. Ibrahim juga pernah bertemu dengan Kakek misterius yang banyak mengajarkannya bahwa jalan menuju surga juga bisa dengan cara berziarah kubur, menutup aurat, menolong orang lain, jujur, tekun, rajin dalam menuntut ilmu, dan lain-lain.
Rindu Ayah dan Bunda separuh terobati, karena Ainun dapat masuk ke Pondok Tahfizh walaupun umurnya masih kurang satu tahun lagi. Tiga tahun kemudian, Ibrahim pun masuk ke Pondok Tahfizh. Akhirnya setelah 3 tahun di gembleng, kini mereka telah lulus dan telah melaksanakan wisuda. Sepulangnya wisuda, Ibrahim dan keluarganya tidak langsung pulang ke rumah, tapi mampir dulu ke rumah Mbah Putri di Jepara.
 Ibrahim, seorang bocah cilik, yang dulu Bunda kenal, kini telah tumbuh remaja, menjadi barisan para hafizh, dan telah  berhasil mempersembahkan jubah surga untuk kedua orang tuanya. Seperti juga Ainun, yang telah menyelesaikannya dalam waktu yang bersamaan.
Bunda pun kembali teringat bahwa sang ayah pernah bekata, ”Kegagalan adalah sukses yang tertunda”, ketika dulu Ibrahim gagal masuk ke Pondok. Bukan satu-satunya jalan memang untuk menuju surga.
Seperti kata Almarhum Mbah Kakung, Kakek misterius, Umi Laili, dan masih banyak guru lainnya.”Banyak jalan menuju surga dan jangan berputus asa . Itu mudah bagi mereka yang bersungguh-sungguh mencapainya “.

Kelebihan :
Si pengarang dapat membuat pembaca menjadi termotivasi dan teringat bahwa betapa banyak jalan untuk masuk surga. Sebuah keluarga sederhana yang memiliki cita-cita yang mulia , yaitu memasukkan kedua anaknya (Ibrahim dan Ainun) ke Pondok. Agar dapat menghafal Al-Qur’an dan mempersembahkan jubah surga untuk kedua orang tuanya.
Kalimatnya menarik, karena menggunakan bahasa daerah.

Kelemahan :
Si pengarang membuat ceritanya terlalu panjang sehingga sulit untuk dipahami.

Kesimpulan :
Si pengarang dalam merangkai ceritanya sudah bagus, karena dapat memotivasi para pembaca. Tetapi, pengarang membuat ceritanya terlalu panjang dan sulit untuk di mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar