Jumat, 30 Desember 2016

Sepuluh Kesalahan yang Tidak Disadari dalam Mendidik Anak



SEPULUH KESALAHAN YANG TIDAK DISADARI DALAM MENDIDIK ANAK

            Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orangtua yang teladan, maka jawaban Anda pasti tentu saja saya orangtua teladan bagi anak-anak; dan guru adalah tenaga professional bagi anak didiknya. Mana ada “harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mana mungkin kita mencelakakan anak kita sendiri. Orangtua atau guru selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya atau putra-putrinya. Kenyataannya, banyak orangtua dan guru yang melakukan beberapa kesalahan dalam mendidik putra-putrinya dan peserta didiknya.
            Berikut ini adalah beberapa bentuk kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak didik atau anak Anda.
1.      Kurangnya Pengawasan
Menurut Prof. Robert Billingham dari Human Development and Family Studies-Universitas Indiana, Amerika Serikat, anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu di luar keluarga, dan itu adalah tragedy yang seharusnya diperhatikan oleh orangtua dan guru. Bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.

2.      Jangan Bertemu Muka
Menurut Billingham, orangtua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda.

3.      Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, banyak orangtua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, daripada meluangkan 1 jam bersama anak mereka. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreativitas.
4.      Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D., banyak orangtua terlalu lelah memberikan perhatian-cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan. Contohnya Aisyah pulang sekolah dengan mata yang lebam, umumnya orangtua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orangtua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.

5.      Bertengkar di Hadapan Anak
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” di hadapan anak. Saat orangtua bertengkar di depan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitive yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orangtua seharusnya menghangatkan diskusi di antara mereka, tanpa anak-anak di sekitar mereka. Wajar saja bila orangtua berbeda pendapat, tetapi usahakan tanpa marah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

6.      Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orangtua mereka berperan. Jangan biarkan mereka memohon, dan merengek menjadi senjata ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orangtua harus tegas di hadapan anak.

7.      Bersikap Berat Sebelah
Beberapa orangtua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya di depan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda, dan pastikan anak tahu saat bersama orangtua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

8.      Terlalu Banyak Nonton TV
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televise akan membuat anak malas belajar. Orangtua cenderung membiarkan anak berlama-lama di depan TV disbanding mengganggu aktivitas orangtua. Orangtua sangat tidak mungkin memfilter masuknya iklan negative yang tidak mendidik.

9.      Mengabaikan Kata Hati
Menurut Lisa Balch, lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara di sekitarnya yang melemahkan. Orangtua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu.

10.  Segalanya Diukur dengan Materi
Menurut Louis Hodgson (ibu 4 anak dan nenek 6 cucu), anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan mewah, tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orangtua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.



DAFTAR PUSTAKA
Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar