Kamis, 29 Desember 2016

Tunagrahita



TUNAGRAHITA

A.    Pengertian Anak Tunagrahita
Pengertian tunagrahita adalah sebagai berikut:
1.      Kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah sesuai tes.
2.      Kelainan yang muncul sebelum usia 16 tahun.
3.      Kelainan yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Pengertian tunagrahita yang lain, sebagai berikut:
1.      Fungsi intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku.
2.      Kekurangan dalam perilaku adaptif.
3.      Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

Peristilahan Tentang  Tunagrahita. Tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran.
Istilah lain dari tunagrahita adalah sebagai berikut:
1.      Lemah pikiran (feeble-minded)
2.      Terbelakang mental (Mentally Retarded)
3.      Bodoh/dungu (Idiot)
4.      Pander (Imbecile)
5.      Tolol (Moron)
6.      Oligofrenia (Oligophrenia)
7.      Mampu didik (Educable)
8.      Mampu latih (Trainable)
9.      Ketergantungan penuh (Totally Dependent) butuh rawat
10.  Mental subnormal
11.  Defisit mental
12.  Defisit kognitif
13.  Cacat mental
14.  Defisiensi mental
15.  Gangguan intelektual

B.     Klasifikasi Anak Tunagrahita
Penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut :
a.       Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 Sekolah Dasar.
b.      Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik.
c.       Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak rentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif.

Klasifikasi Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut:
1.      Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70-85.Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50-75 atau 75.
2.      Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) IQ 30-50 atau 35-55.
3.      Tunagrahita butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ di bawah 25 atau 30.

Klasifikasi Anak Tunagrahita secara Medis-Biologis sebagai berikut :
1.      Tunagrahita taraf perbatasan (IQ: 68-85)
2.      Tunagrahita ringan (IQ: 36-51)
3.      Tunagrahita sedang (IQ: 36-51)
4.      Tunagrahita sangat berat (IQ: Kurang dari 20)
Penggolongan anak Tunagrahita secara Sosial Psikologis berdasarkan kriteria psikometrik yaitu :
1.      Tunagrahita ringan (mild mental retardation) = IQ 55-69.
2.      Tunagrahita sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40-54.
3.      Tunagrahita berat ( severse mental retardation) dengan IQ: 20-39.
4.      Tunagrahita sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 ke bawah.
Penggolongan anak Tunagrahita secara Sosial Psikologis menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan social, yaitu :
1.      Ringan
2.      Sedang
3.      Berat
4.      Sangat berat

Sedangkan secara klinis, Tunagrahita dapat digolongkan  atas dasar tipe atau ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut :
1.      Sindroma Down / Mongoloid
2.      Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar yang berisi cairan
3.      Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil dan makrocephalus yaitu ukuran kepala terlalu besar.

C.    Penyebab Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Generik (Kerusakan / kelainan Biokimiawi, Abnormalitas Kromosomal)
2.      Sebelum lahir (pre-natal)
a.       Infeksi Rubella (cacar)
b.      Faktor Rhesus (Rh)
3.      Kelahiran (pre-natal) yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiranelah
4.      Setelah lahir (post-natal) akibat infeksi misalnya: meningtis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi seperti kekurangan protein
5.      Faktor sosio-kultural atau sosial budaya lingkungan
6.      Gangguan metabolisme/nutrisi
Penyebab Tunagrahita secara umum sebagai berikut :
1.      Infeksi dan/atau intoxikasi
2.      Rudapaksa dan/atau sebab fisik lain
3.      Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi atau nutrisi
4.      Penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/ post-natal)
5.      Akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal)yang tak diketahui
6.      Akibat kelainan kromosomal
7.      Gangguan waktu kehamilan (gestational disorders)
8.      Gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik disorders)
9.      Pengaruh lingkungan
10.  Kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan

D.    Karakteristik Anak Tunagrahita
Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1.      Fisik (Penampilan)
·         Hampir sama dengan anak normal
·         Kematangan motorik lambat
·         Koordinasi gerak kurang
·         Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
2.       Intelektual
·         Sulit mempelajari hal-hal akademik.
·         Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
·         Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50.
·         Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
3.      Sosial dan Emosi
·         Bergaul dengan anak yang lebih muda.
·         Suka menyendiri
·         Mudah dipengaruhi
·         Kurang dinamis
·         Kurang pertimbangan/kontrol diri
·         Kurang konsentrasi
·         Mudah dipengaruhi
·         Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

E.     Alat Pendidikan Tunagrahita
Alat Bantu pelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak tunagrahita. Hal ini disebabkan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai. Selanjutnya diterangkan tentang karakteristik alat Bantu pelajaran untuk anak tunagrahita antara lain :
1.      Warna. Tidak terlalu menyolok
2.      Garis dan bentuk tidak boleh abstrak
Hal yang penting adalah dalam menciptakan atau memilih alat bantu atau media pembelajaran ini harus diingat tentang hal-hal yang perlu ditonjolkan atau yang akan menjadi pusat / pokok pembicaraan. Anak tunagrahita akan mengalami kesulitan apabila dihadapkan dengan obyek yang kurang jelas tanpa tekanan tertentu.
Jadi dalam memilih media pembelajaran bagi anak tunagrahita, harus benar-benar selektif dan mengarah pada hal yang abstrak, serta disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan yang ada pada masing-masing anak. Contoh : Balok warna, Pohon angka, Number and balancing, Kartu cerita, Super block, Pola bangun datar, Puzzle, Stempel huruf dan angka, Menara lingkaran, Menara segitiga, dan lain-lain.

F.     Hambatan dan Dampak Anak Tuna Grahita
1.      Hambatan Anak Tuna Grahita
Banyak hambatan dalam layanan pendidikan bagi anak tuna grahita lebih didasarkan factor guru yang lebih dominan dari ketidakberhasilan dalam pelaksanaannya yaitu :
a.       Kurang kemauan dari guru yang tidak mau sulit dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran terutama perangkat asesmen, silabus, dan RPP yang mencerminkan kebutuhan anak
b.      Masih lemahnya kemempuan guru dalam mengembangkan kurikulum atau membuat SKKD berdasarkan hasil asesmen
c.       Guru masih suka menggunakan kurikulum yang baku padahal belum tentu sesuai dengan yang di butuhkan oleh peserta didik
d.      Belum mampu menyusun hasil asesmen menjadi materi pembelajaran atau bahan ajar
e.       Belum mampu menyelaraskan antara materi hasil asesmen dan kurikulum yang baku menjadi program pembelajaran

2.      Dampak Anak Tuna Grahita
Dalam Kaplan (1997), dampak dari tunagrahita adalah:
a.       Gangguan neurologis, laporan menyatakan bahwa resiko untuk psikopatologi meningkat dlam berbagai kondisi neurologis, seperti gangguan kejang. Angka psikopatologi meningkat dengan keparahan tunagrahita, yang menyatakan peningkatan gangguan neurologis saat gangguan intaelektual meningkat.
b.      Sindroma genetik, adanya gangguan defisit atensi/hiperaktivitas yang sangat tinggi; gangguan autistic.
c.       Faktor Psikososial, citra diri yang negatif dan harga diri yang buruk setelah cirri yang sering ditemukan pada individu tunagrahita ringan dan sedang yang merasa berbeda dari orang lain. Mereka mengalami kegagalan dan kekecewaan berulang karena tidak memenuhi harapan orang tuanya dan masyarakat secara progresif tertinggal di belakang temang sebayanya dan bahkan oleh sanak saudaranya yang lebih kecil. Kesulitan komunikasi semakin meningkatkan kerentanan mereka terhedap kecanggungan dan ilustrasi. Perilaku yang tidak sesuai, seperti menarik diri, adalah sering terjadi. Perasaan isolasi dan ketidakberdayaan yang terus menerus telah berhubungan dengan perasaan kecemasan, disforia, dan depresi.
Sedangkan dampak tunagrahita menurut Efendi (2006), yaitu:
a.       Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkret dan sukar berfikir.
b.      Mengalami kesulitan berkonsentrasi.
c.       Kemampuan bersosialisasinya sangat terbatas.
d.      Tidak mampu menyimpan instruksi-instruksi yang sulit.
e.       Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapinya
Dampak bagi kehidupan anak / diri sendiri, kita tahu setiap anak yang mengidap cacat apalagi tunagrahita pasti sangat berpengaruh pada kehidupan mereka. Banyak anak yang akan sering menyendiri karena mereka minder dengan teman – temanya ataupun mereka takut untuk bersosialisasi ( takut diejek, takut dikucilkan, takut ditolak. Hal ini sebenarnya sangat berpengaruh pada keadaan psikologis anak, mereka akan tertekan dan membuat mental mereka down dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.  Oleh karena itu peran dari kedua orang tua itu sangat berpengaruh besar terhadap anak, untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka antara lain dengan cara : 
a.       Orang tua itu dapat memberikan dasar agama, mensiptakan suasana rumah yang hangat dan menyenangkan serta memberikan pemahaman akan norma baik dan buruk dalam masyarakat.
b.      Orang tua dapat memberikan pola asuh yaitu pola interaksi antara anak dengan orang tua yang memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologi dan norma masyarakat meereka. Serta dukungan orang tua itu sangat dibutuhkan terlebih semangat untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Dampak anak pada masyarakat, biasanya bukan hanya anak tunagrahita saja tetapi kebanyakan anak berkebutuhan khusus  yang ada diindonesia ini tidakbegitu diperhatikan dimasyarakat. Mereka sering dipandang sebelah mata oleh kacamata masyarakat hanya karena mereka tidak sempurna, tetapi itu sebenarnya salah karena dibalik ketidaksempurnaan mereka ada suatu keindahan yang mereka punya. Tetapi banyak diantara kita itu tidak bisa menerima kehadiran anak ABK (Tunagrahita) dengan baik dengan beberapa alasan diantaranya takut,jijik,malas,tidak cocok, hanya merepotkan, membuat masalah dan banyak lagi. Padahal hal itu dapat membuat anak semakin terpuruk dan membuat anak semakin takut untuk bersosialisasi. 

G.    Kompensantoris Bagi Anak Tunagrahita
  1. Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita
Anak Tuna Grahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut Standford-Binet Score dan Wiscr-R Score, apabila ditinjau dari kurva normal, anak tuna grahita berada di sebelah kiri kurva yaitu pada posisi -2, dengan skor inteligensi yang merentang dari 30-78. Anak tuna grahita sering kali mengalami “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku yang berarti anak tuna grahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung jawab social; selain itu juga mengalami masalah dalam keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok usia sebaya. Tuna grahita dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, antara lain : mampu didik (IQ 68-78 kira-kira 10 antara 1.000 orang), mampu latih (IQ 52-55 kira-kira 3 diantara 1.000 orang), dan mampu rawat (severe-profound atau dependent) (IQ 30-40 kira-kira 1 diantara 1.000 orang).
Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang khusus dimasukan pada anak-anak yang memiliki gangguan mental atau tuna grahita. Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan diri khususnya untuk keperluan diri sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain. Materi bina diri yang diberikan meliputi 1) usaha membersihkan dan merapihkan diri, 2) berbusana, 3) minum dan makan, 4) menghindari bahaya.
  1. Media Bagi Anak Tuna Grahita
Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa. Hanya saja pendidikan anak tunagrahita membutuhkan media seperti alat bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan kecerdasan intelektualnya.  Alat-alat khusus yang ada  diantaranya  adalah  alat latihan kematangan motorik berupa form board, puzzle; latihan kematangan indra, seperti latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk mengurus diri sendiri, seperti latihan memasang kancing, memasang retsluiting; alat latihan konsentrasi,  seperti papan keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung, dan lain-lain.
Dalam menciptakan media pendidikan anak tunagrahita, guru perlu memperhatikan beberapa ketentuan, antara lain  (1) bahan tidak berbahaya bagi anak, mudah diperoleh, dapat digunakan oleh anak;  (2) warna tidak mencolok dan tidak abstrak; serta (3) ukurannya harus dapat digunakan atau diatur penggunaannya oleh anak itu sendiri (ukuran meja dan kursi).

H.    Model Dan Layanan Pendidikan Tunagrahita

Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang disediakan untuk anak tuna grahita, yaitu :
1.      Kelas transisi, kelas ini diperuntukan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak tuna grahita. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak.
2.      Sekolah khusus (sekolah luar biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1), layanan pendidikan untuk anak tuna grahita model ini diberikan pada sekolah luar biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing atau pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama kemampuannya. Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tuna grahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tuna grahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1.
3.      Program terpadu, layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak tuna grahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk mata pelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tuna grahita anak mendapat bimbingan (remidial) dari guru pembimbing khusus dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tuna grahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (learning difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (slow learner).
4.      Program sekolah di rumah, program ini diperuntukan bagi anak tuna grahita yang tidak mampu mengikuti pendidikan disekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya sakit, program dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orang tua, sekolah dan masyarakat.
5.      Pendidikan inklusif, model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip "Education For All". Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tuna grahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru atau pembimbing yang sama. Pada kelas inklusif, siswa dibimbing oleh 2 orang guru, satu guru reguler dan satu guru khusus.
6.      Panti (griya) rehabilitasi, panti ini diperuntukan bagi anak tuna grahita tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti ini lebih terfokus pada perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal :
a)       Pengenalan diri
b)       Sensorimotor dan persepsi
c)       Motorik kasan dan ambulasi (pindah dari satu tempat ketempat lain)
d)       Kemampuan berbahasa dan komunikasi
e)       Bina diri dan kemampuan social

I.       Kondisi Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Tunagrahita Di Indonesia (Banten Khususnya)
Kondisi penyelenggaraan pendidikan inklusi tunagrahita di Banten, sangatlah baik dan tercukupi. Untuk sarana dan prasarana memadai, media pembelajarannya juga sangat mendukung. Jadi, tidak ada perbedaan fasilitas antara sekolah regular dengan sekolah yang terdapat anak tunagrahita.


DAFTAR PUSTAKA

Kemis, dan Ati rosnawati:2013:Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita.PT.luxima metro media:Jakarta
Sudrajat, dodo dan Lilis Rosida:2013:Pendidkkan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.PT. luxima metro media:Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar