TUNAGRAHITA
A.
Pengertian
Anak Tunagrahita
Pengertian
tunagrahita adalah sebagai berikut:
1. Kelainan
yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (sub-average), yaitu
IQ 84 ke bawah sesuai tes.
2. Kelainan
yang muncul sebelum usia 16 tahun.
3. Kelainan
yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Pengertian tunagrahita yang lain,
sebagai berikut:
1. Fungsi
intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi
baku.
2. Kekurangan
dalam perilaku adaptif.
3. Terjadi
pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Peristilahan Tentang
Tunagrahita. Tuna berarti merugi. Grahita berarti pikiran.
Istilah lain dari tunagrahita adalah sebagai
berikut:
1. Lemah
pikiran (feeble-minded)
2. Terbelakang
mental (Mentally Retarded)
3. Bodoh/dungu
(Idiot)
4. Pander
(Imbecile)
5. Tolol
(Moron)
6. Oligofrenia
(Oligophrenia)
7. Mampu
didik (Educable)
8. Mampu
latih (Trainable)
9. Ketergantungan
penuh (Totally Dependent) butuh rawat
10. Mental
subnormal
11. Defisit
mental
12. Defisit
kognitif
13. Cacat
mental
14. Defisiensi
mental
15. Gangguan
intelektual
B.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita
Penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan
pembelajaran sebagai berikut :
a. Educable
Anak
pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak
regular pada kelas 5 Sekolah Dasar.
b. Trainable
Mempunyai
kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial.
Sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik.
c. Custodial
Dengan
pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak rentang
dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif.
Klasifikasi
Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut:
1. Taraf
perbatasan (borderline) dalam
pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ
70-85.Tunagrahita mampu didik (educable
mentally retarded) dengan IQ 50-75 atau 75.
2. Tunagrahita
mampu latih (trainable mentally retarded)
IQ 30-50 atau 35-55.
3. Tunagrahita
butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ di bawah 25
atau 30.
Klasifikasi Anak Tunagrahita secara Medis-Biologis
sebagai berikut :
1. Tunagrahita
taraf perbatasan (IQ: 68-85)
2. Tunagrahita
ringan (IQ: 36-51)
3. Tunagrahita
sedang (IQ: 36-51)
4. Tunagrahita
sangat berat (IQ: Kurang dari 20)
Penggolongan
anak Tunagrahita secara Sosial Psikologis berdasarkan kriteria psikometrik
yaitu :
1. Tunagrahita
ringan (mild mental retardation) = IQ 55-69.
2. Tunagrahita
sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40-54.
3. Tunagrahita
berat ( severse mental retardation) dengan IQ: 20-39.
4. Tunagrahita
sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 ke bawah.
Penggolongan
anak Tunagrahita secara Sosial Psikologis menurut kriteria perilaku adaptif
tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan social,
yaitu :
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat
4. Sangat
berat
Sedangkan secara klinis, Tunagrahita dapat
digolongkan atas dasar tipe atau
ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut :
1.
Sindroma
Down / Mongoloid
2.
Hydrocephalus yaitu ukuran kepala besar yang berisi cairan
3.
Microcephalus yaitu ukuran kepala terlalu kecil dan makrocephalus
yaitu ukuran kepala terlalu besar.
C. Penyebab
Tunagrahita
Tunagrahita dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
1.
Generik
(Kerusakan / kelainan Biokimiawi, Abnormalitas Kromosomal)
2.
Sebelum
lahir (pre-natal)
a.
Infeksi
Rubella (cacar)
b.
Faktor
Rhesus (Rh)
3.
Kelahiran
(pre-natal) yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiranelah
4.
Setelah
lahir (post-natal) akibat infeksi misalnya: meningtis (peradangan pada selaput
otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi seperti kekurangan protein
5.
Faktor
sosio-kultural atau sosial budaya lingkungan
6.
Gangguan
metabolisme/nutrisi
Penyebab
Tunagrahita secara umum sebagai berikut :
1.
Infeksi
dan/atau intoxikasi
2.
Rudapaksa
dan/atau sebab fisik lain
3.
Gangguan
metabolisme, pertumbuhan atau gizi atau nutrisi
4.
Penyakit
otak yang nyata (kondisi setelah lahir/ post-natal)
5.
Akibat
penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal)yang tak diketahui
6.
Akibat
kelainan kromosomal
7.
Gangguan
waktu kehamilan (gestational disorders)
8.
Gangguan
pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik disorders)
9.
Pengaruh
lingkungan
10. Kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan
D. Karakteristik
Anak Tunagrahita
Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat
dilihat dari segi :
1.
Fisik (Penampilan)
·
Hampir sama dengan anak normal
·
Kematangan
motorik lambat
·
Koordinasi gerak kurang
·
Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
2.
Intelektual
·
Sulit mempelajari hal-hal akademik.
·
Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling
tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
·
Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling
tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50.
·
Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf
anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
3.
Sosial dan Emosi
·
Bergaul dengan anak yang lebih muda.
·
Suka menyendiri
·
Mudah dipengaruhi
·
Kurang dinamis
·
Kurang pertimbangan/kontrol diri
·
Kurang konsentrasi
·
Mudah dipengaruhi
·
Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.
E. Alat Pendidikan Tunagrahita
Alat Bantu pelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak tunagrahita.
Hal ini disebabkan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka
membutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang
dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai. Selanjutnya diterangkan tentang karakteristik alat Bantu pelajaran untuk
anak tunagrahita antara lain :
1.
Warna. Tidak
terlalu menyolok
2.
Garis dan
bentuk tidak boleh abstrak
Hal yang penting adalah dalam menciptakan atau memilih alat bantu atau
media pembelajaran ini harus diingat tentang hal-hal yang perlu ditonjolkan
atau yang akan menjadi pusat / pokok pembicaraan. Anak tunagrahita akan
mengalami kesulitan apabila dihadapkan dengan obyek yang kurang jelas tanpa
tekanan tertentu.
Jadi dalam memilih media pembelajaran bagi anak tunagrahita, harus
benar-benar selektif dan mengarah pada hal yang abstrak, serta disesuaikan
dengan karakteristik dan kemampuan yang ada pada masing-masing anak. Contoh :
Balok warna, Pohon angka, Number and balancing, Kartu cerita, Super block, Pola
bangun datar, Puzzle, Stempel huruf dan angka, Menara lingkaran, Menara
segitiga, dan lain-lain.
F.
Hambatan dan Dampak Anak
Tuna Grahita
1.
Hambatan Anak Tuna Grahita
Banyak hambatan dalam
layanan pendidikan bagi anak tuna grahita lebih didasarkan factor guru yang
lebih dominan dari ketidakberhasilan dalam pelaksanaannya yaitu :
a.
Kurang kemauan dari guru yang tidak mau sulit dalam mempersiapkan
perangkat pembelajaran terutama perangkat asesmen, silabus, dan RPP yang
mencerminkan kebutuhan anak
b.
Masih lemahnya kemempuan guru dalam mengembangkan kurikulum atau
membuat SKKD berdasarkan hasil asesmen
c.
Guru masih suka menggunakan kurikulum yang baku padahal belum
tentu sesuai dengan yang di butuhkan oleh peserta didik
d.
Belum mampu menyusun hasil asesmen menjadi materi pembelajaran
atau bahan ajar
e.
Belum mampu menyelaraskan antara materi hasil asesmen dan
kurikulum yang baku menjadi program pembelajaran
2.
Dampak Anak Tuna Grahita
Dalam Kaplan (1997),
dampak dari tunagrahita adalah:
a.
Gangguan neurologis, laporan menyatakan bahwa resiko untuk
psikopatologi meningkat dlam berbagai kondisi neurologis, seperti gangguan
kejang. Angka psikopatologi meningkat dengan keparahan tunagrahita, yang
menyatakan peningkatan gangguan neurologis saat gangguan intaelektual
meningkat.
b.
Sindroma genetik, adanya gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
yang sangat tinggi; gangguan autistic.
c.
Faktor Psikososial, citra diri yang negatif dan harga diri yang
buruk setelah cirri yang sering ditemukan pada individu tunagrahita ringan dan
sedang yang merasa berbeda dari orang lain. Mereka mengalami kegagalan dan
kekecewaan berulang karena tidak memenuhi harapan orang tuanya dan masyarakat
secara progresif tertinggal di belakang temang sebayanya dan bahkan oleh sanak
saudaranya yang lebih kecil. Kesulitan komunikasi semakin meningkatkan
kerentanan mereka terhedap kecanggungan dan ilustrasi. Perilaku yang tidak
sesuai, seperti menarik diri, adalah sering terjadi. Perasaan isolasi dan
ketidakberdayaan yang terus menerus telah berhubungan dengan perasaan
kecemasan, disforia, dan depresi.
Sedangkan dampak
tunagrahita menurut Efendi (2006), yaitu:
a.
Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkret dan sukar berfikir.
b.
Mengalami kesulitan berkonsentrasi.
c.
Kemampuan bersosialisasinya sangat terbatas.
d.
Tidak mampu menyimpan instruksi-instruksi yang sulit.
e.
Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapinya
Dampak bagi kehidupan anak / diri sendiri, kita tahu setiap anak
yang mengidap cacat apalagi tunagrahita pasti sangat berpengaruh pada kehidupan
mereka. Banyak anak yang akan sering menyendiri karena mereka minder dengan
teman – temanya ataupun mereka takut untuk bersosialisasi ( takut diejek, takut
dikucilkan, takut ditolak. Hal ini sebenarnya sangat berpengaruh pada keadaan
psikologis anak, mereka akan tertekan dan membuat mental mereka down dan tidak
mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu peran dari
kedua orang tua itu sangat berpengaruh besar terhadap anak, untuk menumbuhkan
kepercayaan diri mereka antara lain dengan cara :
a.
Orang tua itu dapat memberikan dasar agama, mensiptakan suasana
rumah yang hangat dan menyenangkan serta memberikan pemahaman akan norma baik
dan buruk dalam masyarakat.
b.
Orang tua dapat memberikan pola asuh yaitu pola interaksi antara
anak dengan orang tua yang memenuhi kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologi dan
norma masyarakat meereka. Serta dukungan orang tua itu sangat dibutuhkan terlebih
semangat untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak.
Dampak anak pada masyarakat, biasanya bukan
hanya anak tunagrahita saja tetapi kebanyakan anak berkebutuhan khusus
yang ada diindonesia ini tidakbegitu diperhatikan dimasyarakat. Mereka
sering dipandang sebelah mata oleh kacamata masyarakat hanya karena mereka
tidak sempurna, tetapi itu sebenarnya salah karena dibalik ketidaksempurnaan
mereka ada suatu keindahan yang mereka punya. Tetapi banyak diantara kita itu
tidak bisa menerima kehadiran anak ABK (Tunagrahita) dengan baik dengan
beberapa alasan diantaranya takut,jijik,malas,tidak cocok, hanya merepotkan,
membuat masalah dan banyak lagi. Padahal hal itu dapat membuat anak semakin
terpuruk dan membuat anak semakin takut untuk bersosialisasi.
G.
Kompensantoris
Bagi Anak Tunagrahita
- Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita
Anak Tuna Grahita adalah individu yang secara
signifikan memiliki intelegensi dibawah intelegensi normal. Menurut
Standford-Binet Score dan Wiscr-R Score, apabila ditinjau dari kurva normal,
anak tuna grahita berada di sebelah kiri kurva yaitu pada posisi -2, dengan
skor inteligensi yang merentang dari 30-78. Anak tuna grahita sering kali
mengalami “Adaptive Behavior” atau penyesuaian perilaku yang berarti anak tuna
grahita tidak dapat mencapai kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard)
kemandirian dan tanggung jawab social; selain itu juga mengalami masalah dalam
keterampilan akademik dan berpartisipasi dengan kelompok usia sebaya. Tuna
grahita dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, antara lain : mampu didik (IQ
68-78 kira-kira 10 antara 1.000 orang), mampu latih (IQ 52-55 kira-kira 3
diantara 1.000 orang), dan mampu rawat (severe-profound atau dependent) (IQ
30-40 kira-kira 1 diantara 1.000 orang).
Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang
khusus dimasukan pada anak-anak yang memiliki gangguan mental atau tuna
grahita. Pelajaran bina diri dimaksudkan agar anak dapat memiliki kecakapan
diri khususnya untuk keperluan diri sendiri tanpa menggantungkan pada orang
lain. Materi bina diri yang diberikan meliputi 1) usaha membersihkan dan
merapihkan diri, 2) berbusana, 3) minum dan makan, 4) menghindari bahaya.
- Media Bagi Anak Tuna Grahita
Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan
anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak
biasa. Hanya saja pendidikan anak tunagrahita membutuhkan media seperti alat
bantu belajar yang lebih banyak mengingat keterbatasan kecerdasan
intelektualnya. Alat-alat khusus yang ada diantaranya adalah
alat latihan kematangan motorik berupa form board, puzzle; latihan kematangan
indra, seperti latihan perabaan, penciuman; alat latihan untuk mengurus diri
sendiri, seperti latihan memasang kancing, memasang retsluiting; alat latihan
konsentrasi, seperti papan keseimbangan, alat latihan membaca, berhitung,
dan lain-lain.
Dalam menciptakan media pendidikan anak tunagrahita,
guru perlu memperhatikan beberapa ketentuan, antara lain (1) bahan tidak
berbahaya bagi anak, mudah diperoleh, dapat digunakan oleh anak; (2)
warna tidak mencolok dan tidak abstrak; serta (3) ukurannya harus dapat
digunakan atau diatur penggunaannya oleh anak itu sendiri (ukuran meja dan
kursi).
H. Model Dan Layanan Pendidikan Tunagrahita
Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus
yang disediakan untuk anak tuna grahita, yaitu :
1.
Kelas transisi, kelas ini diperuntukan bagi anak yang memerlukan
layanan khusus termasuk anak tuna grahita. Kelas transisi sedapat mungkin
berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat
bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan
pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai
kebutuhan anak.
2.
Sekolah khusus (sekolah luar biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1),
layanan pendidikan untuk anak tuna grahita model ini diberikan pada sekolah
luar biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing atau pengajar
guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama kemampuannya. Kegiatan belajar
mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tuna grahita ringan
dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tuna grahita sedang dapat bersekolah
di SLB-C1.
3.
Program terpadu, layanan pendidikan pada model ini
diselenggarakan di sekolah reguler. Anak tuna grahita belajar bersama-sama
dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk
mata pelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tuna grahita anak
mendapat bimbingan (remidial) dari guru pembimbing khusus dari SLB terdekat,
pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah
terpadu adalah anak yang tergolong tuna grahita ringan, yang termasuk kedalam
kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar
(learning difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (slow learner).
4.
Program sekolah di rumah, program ini diperuntukan bagi anak
tuna grahita yang tidak mampu mengikuti pendidikan disekolah khusus karena
keterbatasannya, misalnya sakit, program dilaksanakan di rumah dengan cara
mendatangkan guru PLB atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara
orang tua, sekolah dan masyarakat.
5.
Pendidikan inklusif, model ini menekankan pada keterpaduan
penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip "Education For
All". Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah reguler.
Anak tuna grahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru
atau pembimbing yang sama. Pada kelas inklusif, siswa dibimbing oleh 2 orang
guru, satu guru reguler dan satu guru khusus.
6.
Panti (griya) rehabilitasi, panti ini diperuntukan bagi anak
tuna grahita tingkat berat, yang mempunyai kemampuan pada tingkat sangat
rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti penglihatan,
pendengaran, atau motorik. Program di panti ini lebih terfokus pada perawatan.
Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal :
a)
Pengenalan diri
b)
Sensorimotor dan persepsi
c)
Motorik kasan dan ambulasi (pindah dari satu tempat ketempat
lain)
d)
Kemampuan berbahasa dan komunikasi
e)
Bina diri dan kemampuan social
I.
Kondisi
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Tunagrahita Di Indonesia (Banten Khususnya)
Kondisi
penyelenggaraan pendidikan inklusi tunagrahita di Banten, sangatlah baik dan
tercukupi. Untuk sarana dan prasarana memadai, media pembelajarannya juga
sangat mendukung. Jadi, tidak ada perbedaan fasilitas antara sekolah regular
dengan sekolah yang terdapat anak tunagrahita.
DAFTAR PUSTAKA
Kemis, dan Ati rosnawati:2013:Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita.PT.luxima metro
media:Jakarta
Sudrajat, dodo dan Lilis Rosida:2013:Pendidkkan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus.PT. luxima metro media:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar