Kamis, 29 Desember 2016

Cerpen - OH AYU !!!



CERPEN
OHH... AYU...!!!
Bel pulang sekolah berbunyi. Mengeluarkan suara khasnya, suara yang mirip seperti suara penjual es krim atau suara saat sebuah film bioskop akan dimulai. Bel itu menandakan waktu kegiatan belajar mengajar telah usai dan waktunya untuk kami, murid-murid XII IPA 1, kembali ke rumah masing-masing. Ada perasaan tersendiri saat bel pulang berbunyi. Senang. Ya, tentu saja perasaan itu yang kami rasakan bahkan semua siswa/siswi SMAN 1 Bojonegara rasakan.
Saat aku hendak keluar ruang kelas, tiba-tiba saja sahabatku, Silma, memanggilku dari arah belakang.
“QonQon!!!”
Sontak saja, langkah kakiku pun terhenti tepat di ambang pintu kelas. Silma menghampiriku dengan tergesa-gesa.
“QonQon, mau pergi kemana kau?”, tanya Silma.
“Aku mau pulang”, jawabku polos.
“Kamu tidak ingat kalau hari ini aku, kamu, dan Novi akan pergi menjenguk Ayu. Sudah dua hari dia tidak masuk sekolah karena sakit”.
“Sakit?”
“Ya, sakit. Kau tidak ingat itu?”.
“Ya. Tentu saja aku ingat itu”.
Aku dan Silma langsung memakai sepatu kami masing-masing saat Novi sampai di kelas XII IPA 1. Novi memang tidak sekelas dengan kami bertiga. Dia kelas XII IPS 1.
***

Saat ini kami bertiga telah sampai di rumah Ayu. Karena pintu gerbang rumah Ayu tidak terkunci, kami bertiga dapat secara leluasa masuk tanpa izin terlebih dahulu dari Ayu. Ya, kami telah mendapat izin dari Novi, selaku saudara dekat Ayu. Rumah ini nampak sepi. Seperti tidak ada penghuni di dalamnya.
“Tok.. tok.. tok..”, Silma mengetuk pintu.
Silma menatap kami berdua dengan tatapan bingung. Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Apakah tidak ada orang di dalam sana? Silma terus mencoba untuk mengetuk pintu rumah Ayu. Namun nihil. Aku mulai merasa jenuh dan hanya diam lalu duduk. Silma meletakkan bungkusan plastik yang berisi makanan untuk Ayu di sebelahku. Lelah ia membawanya.
“Tok..tok..tok.. Ayu? Kau di dalam?”, Novi membantu mengetuk pintu.
“Mungkin memang tidak ada orang di dalam. Ayo kita pulang saja”, Silma mulai lelah dengan kondisi ini. Silma kemudian duduk di sebelahku dengan memasang muka lelah. Padahal dia sendiri yang bersemangat mengajak kami untuk menjenguk Ayu.
“Tapi Silma, Ayu ada di dalam. Lihat saja pintu gerbangnya tidak terkunci, mana mungkin tidak ada orang di rumah ini”, terang Novi.
“Aku sudah tidak sabar lagi”, aku bangkit dari posisi dudukku. “Ekhem....”, aku berdehem mengecek suaraku. Novi dan Silma menatapku bersamaan dengan tatapan bingung. Tatapan yang mengisyaratkan ‘mau apa kau?’. Aku menarik napas dalam-dalam.
“AYUUUU!!!”, teriakku kencang. Novi dan Silma hanya dapat menutup telinga mereka rapat-rapat.
“........”
“AYUUU!!! BUKAKAN PINTUNYA!! KAMI MAU MASUK!”
Mungkin memang terkesan tidak sopan, tetapi bagaimana lagi kami sudah lelah. Kami bertiga telah menunggu selama 30 menit.
            “Ayu! Kami bawakan kau kwetiau dan mogu-mogu kesukaanmu!”, Novi membantuku untuk merayu Ayu untuk membukakan pintu.
            “Keluarlah Ayu!”, suara Silma mulai tercekat karena kelelahan.
Tiba-tiba, terdengar suara keras dari dalam rumah, yang sudah jelas itu adalah suara si pemilik rumah, Ayu.
            “PERGI KALIAN!!! KALIAN TIDAK BOLEH BERTEMU DENGANKU UNTUK SAAT INI!!”
Silma dan Novi dengan spontan saling berpelukkan karena terkejut. Aku masih memasang muka bingung. ‘apa yang terjadi?’
            “Ada apa denganmu? Mengapa kau ingin kami menjauh darimu?”, tanyaku lembut.
Aku terus menanyakan apa yang sedang terjadi pada Ayu saat ini. Aku mungkin memang terkenal jahil, namun aku masih mempunyai sedikit rasa peduli kepada sahabatku.
            “Ceritakan pada kami, Ayu. Jangan kau pendam sendiri. Kita berempat adalah sahabat. Kita adalah.....”
            “FLASH!!!”, jawab kami kompak.
            “Maaf, Silma, QonQon, Novi, tapi kalian tidak boleh bertemu denganku untuk saat ini. Aku terlihat sangat menjijikkan”, jawab Ayu dengan suara yang mulai tenang.
Kami bertiga masih merasa bingung dengan jawaban Ayu tadi. Menjijikkan? Apa maksud kata itu? Kami terus saja merayu Ayu untuk keluar rumah. Menceritakan yang sedang terjadi pada dirinya. Dan pada akhirnya, Ayu dapat mengikuti perintah kami untuk keluar rumah.
           
“Kalian harus berjanji padaku, jika aku keluar, kalian tidak akan membenciku. Janji?”.
            “Ya. Kami berjanji”, jawab kami kompak.
Tiba-tiba...
            “WAAAHHH... KALIAN MEMANG SAHABAT SEJATIKU!!!”
Ayu keluar dari rumah dan dengan cepat dia memeluk kami bertiga secara bersamaan. Kami pun membalas pelukan Ayu. Ayu terlihat sangat bahagia, dia meneteskan air mata. Hidungnya terlihat berwarna merah, mungkin dia merasa sangat terharu dan... ‘ingus’. Tunggu dulu, ingus?
            “Hiks.. hiks.. srrott! Kalian memang sahabat sejatiku! Srroott! Hatcchii!!”, Ayu mengelap ingusnya pada baju kami bertiga secara bergantian.
            “TIDAK!!!”, teriak kami bertiga.
            “AYU!!!!”, teriakku sekali lagi.
Ayu melepas pelukannya. Dia menatap kami dengan wajah polosnya. Wajah polos yang kami benci untuk saat ini.
            “Kalian sudah berjanji, bahwa kalian tidak akan membenciku”, Ayu mengingatkan kami.
            “Ya kami tidak akan ingkari janji kami”, jawabku meyakinkan.
“Hattcchiii.. hattcchiii... srroottt!”, Silma mulai bersin-bersin, nampaknya sebentar lagi dia juga akan tertular flu yang diderita Ayu. Ternyata, Ayu sedang menderita sakit flu. Bukan flu biasa. Tetapi flu yang dapat kami katakan sudah parah.
“Hahahahaha....”, kami berempat tertawa lepas menyadari kekonyolan yang Ayu buat.
END






Tidak ada komentar:

Posting Komentar