CERPEN
OHH...
AYU...!!!
Bel pulang sekolah
berbunyi. Mengeluarkan suara khasnya, suara yang mirip seperti suara penjual es
krim atau suara saat sebuah film bioskop akan dimulai. Bel itu menandakan waktu
kegiatan belajar mengajar telah usai dan waktunya untuk kami, murid-murid XII
IPA 1, kembali ke rumah masing-masing. Ada perasaan tersendiri saat bel pulang
berbunyi. Senang. Ya, tentu saja perasaan itu yang kami rasakan bahkan semua
siswa/siswi SMAN 1 Bojonegara rasakan.
Saat aku hendak keluar
ruang kelas, tiba-tiba saja sahabatku, Silma, memanggilku dari arah belakang.
“QonQon!!!”
Sontak saja, langkah kakiku pun terhenti
tepat di ambang pintu kelas. Silma menghampiriku dengan tergesa-gesa.
“QonQon, mau pergi
kemana kau?”, tanya Silma.
“Aku mau pulang”,
jawabku polos.
“Kamu tidak ingat kalau
hari ini aku, kamu, dan Novi akan pergi menjenguk Ayu. Sudah dua hari dia tidak
masuk sekolah karena sakit”.
“Sakit?”
“Ya, sakit. Kau tidak
ingat itu?”.
“Ya. Tentu saja aku
ingat itu”.
Aku dan Silma langsung memakai sepatu
kami masing-masing saat Novi sampai di kelas XII IPA 1. Novi memang tidak
sekelas dengan kami bertiga. Dia kelas XII IPS 1.
***
Saat ini kami bertiga
telah sampai di rumah Ayu. Karena pintu gerbang rumah Ayu tidak terkunci, kami
bertiga dapat secara leluasa masuk tanpa izin terlebih dahulu dari Ayu. Ya,
kami telah mendapat izin dari Novi, selaku saudara dekat Ayu. Rumah ini nampak
sepi. Seperti tidak ada penghuni di dalamnya.
“Tok.. tok.. tok..”,
Silma mengetuk pintu.
Silma menatap kami
berdua dengan tatapan bingung. Tidak ada jawaban dari dalam rumah. Apakah tidak
ada orang di dalam sana? Silma terus mencoba untuk mengetuk pintu rumah Ayu.
Namun nihil. Aku mulai merasa jenuh dan hanya diam lalu duduk. Silma meletakkan
bungkusan plastik yang berisi makanan untuk Ayu di sebelahku. Lelah ia
membawanya.
“Tok..tok..tok.. Ayu?
Kau di dalam?”, Novi membantu mengetuk pintu.
“Mungkin memang tidak
ada orang di dalam. Ayo kita pulang saja”, Silma mulai lelah dengan kondisi
ini. Silma kemudian duduk di sebelahku dengan memasang muka lelah. Padahal dia
sendiri yang bersemangat mengajak kami untuk menjenguk Ayu.
“Tapi Silma, Ayu ada di
dalam. Lihat saja pintu gerbangnya tidak terkunci, mana mungkin tidak ada orang
di rumah ini”, terang Novi.
“Aku sudah tidak sabar
lagi”, aku bangkit dari posisi dudukku. “Ekhem....”, aku berdehem mengecek
suaraku. Novi dan Silma menatapku bersamaan dengan tatapan bingung. Tatapan
yang mengisyaratkan ‘mau apa kau?’. Aku menarik napas dalam-dalam.
“AYUUUU!!!”, teriakku
kencang. Novi dan Silma hanya dapat menutup telinga mereka rapat-rapat.
“........”
“AYUUU!!! BUKAKAN
PINTUNYA!! KAMI MAU MASUK!”
Mungkin memang terkesan tidak sopan,
tetapi bagaimana lagi kami sudah lelah. Kami bertiga telah menunggu selama 30
menit.
“Ayu!
Kami bawakan kau kwetiau dan mogu-mogu kesukaanmu!”, Novi membantuku untuk
merayu Ayu untuk membukakan pintu.
“Keluarlah
Ayu!”, suara Silma mulai tercekat karena kelelahan.
Tiba-tiba, terdengar suara keras dari
dalam rumah, yang sudah jelas itu adalah suara si pemilik rumah, Ayu.
“PERGI
KALIAN!!! KALIAN TIDAK BOLEH BERTEMU DENGANKU UNTUK SAAT INI!!”
Silma dan Novi dengan spontan saling
berpelukkan karena terkejut. Aku masih memasang muka bingung. ‘apa yang
terjadi?’
“Ada
apa denganmu? Mengapa kau ingin kami menjauh darimu?”, tanyaku lembut.
Aku terus menanyakan apa yang sedang
terjadi pada Ayu saat ini. Aku mungkin memang terkenal jahil, namun aku masih
mempunyai sedikit rasa peduli kepada sahabatku.
“Ceritakan
pada kami, Ayu. Jangan kau pendam sendiri. Kita berempat adalah sahabat. Kita
adalah.....”
“FLASH!!!”,
jawab kami kompak.
“Maaf,
Silma, QonQon, Novi, tapi kalian tidak boleh bertemu denganku untuk saat ini.
Aku terlihat sangat menjijikkan”, jawab Ayu dengan suara yang mulai tenang.
Kami bertiga masih
merasa bingung dengan jawaban Ayu tadi. Menjijikkan? Apa maksud kata itu? Kami
terus saja merayu Ayu untuk keluar rumah. Menceritakan yang sedang terjadi pada
dirinya. Dan pada akhirnya, Ayu dapat mengikuti perintah kami untuk keluar
rumah.
“Kalian harus berjanji
padaku, jika aku keluar, kalian tidak akan membenciku. Janji?”.
“Ya.
Kami berjanji”, jawab kami kompak.
Tiba-tiba...
“WAAAHHH...
KALIAN MEMANG SAHABAT SEJATIKU!!!”
Ayu keluar dari rumah
dan dengan cepat dia memeluk kami bertiga secara bersamaan. Kami pun membalas
pelukan Ayu. Ayu terlihat sangat bahagia, dia meneteskan air mata. Hidungnya
terlihat berwarna merah, mungkin dia merasa sangat terharu dan... ‘ingus’.
Tunggu dulu, ingus?
“Hiks..
hiks.. srrott! Kalian memang sahabat sejatiku! Srroott! Hatcchii!!”, Ayu
mengelap ingusnya pada baju kami bertiga secara bergantian.
“TIDAK!!!”,
teriak kami bertiga.
“AYU!!!!”,
teriakku sekali lagi.
Ayu melepas pelukannya. Dia menatap kami
dengan wajah polosnya. Wajah polos yang kami benci untuk saat ini.
“Kalian
sudah berjanji, bahwa kalian tidak akan membenciku”, Ayu mengingatkan kami.
“Ya
kami tidak akan ingkari janji kami”, jawabku meyakinkan.
“Hattcchiii..
hattcchiii... srroottt!”, Silma mulai bersin-bersin, nampaknya sebentar lagi
dia juga akan tertular flu yang diderita Ayu. Ternyata, Ayu sedang menderita
sakit flu. Bukan flu biasa. Tetapi flu yang dapat kami katakan sudah parah.
“Hahahahaha....”, kami
berempat tertawa lepas menyadari kekonyolan yang Ayu buat.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar